Kenapa Fenomena Hedonisme Dan Konsumerisme Bisa Terjadi?
Konten [Tampil]
Kenapa Fenomena Hedonisme Dan Konsumerisme Bisa Terjadi? - Pada tanggal 8 Februari 2023, melihat kajian di Cinta Qur'an dengan topik Hedonisme dan Konsumerisme Judulnya sangat relate dengan masalah yang beredar bersama Ustazah Meti Astuti, SEI., MEK.
Nah sebelum ke topiknya, emang kalau masalah budaya hidup di Twitter selalu update. Salah satunya viralnya ketika seorang anak remaja mendapatkan hadiah dari ayahnya sebuah tas yang kalau dilihat dari harga memang mahal sekali.
Cuma kan netizen malah membullynya. Padahal setiap negara mempunyai pendapatan per kapita berbeda-beda ya. Kita akan bedah permasalahan ini.
Kenapa dengan masyarakat harus di ukur dengan yang berbau materi.
Apa itu Hedonisme dan Konsumtif
Gaya hidup merupakan cara hidup sesorang yang sudah tervalidasi bagaimana ia menggunakan aktivitasnya yang mereka anggap penting dalam hidupnya kalau digeser lagi lebih ketertarikannya.
Masalah hedonisme dan konsumerisme, tidak akan lepas dari namanya gaya hidup. Kalau segi pengertiam para ahli salah satunya oleh Plummer.
Gaya hidup yang dikemukakan oleh Plummer yaitu pola hidup seseorang yang diekspresikan oleh aktivitas, minat dan opini (pendapat).
Aktivitas sehari-hari di isi apa. Kalau minat ketertarikan. Gak ada masalah aku punya barang mewah. Itulah gaya hidup.
2 jenis Gaya Hidup
1. Budaya Populer
Budaya Populer: Budaya yang diciptakan dan dikonsumsi secara massal serta digemari oleh kebanyakan rakyat (populis)/low culture.
Contohnya: Posting barang mewah karena salah satu bukti kesuksesan. Contoh lain seseorang mengumpulkan dana untuk mencapai sesuatu barang yang ia inginkan.
Secara teori Antropologi low culture ciri-cirinya:
1. Banyak disukai orang
2. Jenis kerja "rendahan"
3. Karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang
4. Budaya yang dibuat untuk diri sendiri dan atau kelompoknya (followers)
2. Budaya Tinggi (High culture)
Budaya yang disukai kelas atas. Budaya yang diminati biasanya mengacu pada musik klasik, teater, seni rupa.
Menurut Robert Scruten bahwa kesadaran dari masyarakat terdiri dari pengetahuan, seni, karya sastra, filsafat yang membuat kerangka acuan bersama diantara orang berpendidikan.
Memang masyarakat harus diakui ada divisi-divisi berdasarkan tingkat seseorang, di rumah sakit, hotel, transportasi pun ada divisinya (bagian) pada faktanya ada. Sampai ke gaya hidup.
Bagaimana Budaya Konsumerisme dan Hedonisme menjamur saat ini?
Ada teori yang dikemukakan oleh Collin Campbell bahwa pengertian dari konsumerisme adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak orang dan bahkan menjadi tujuan hidup, dan ketika semua itu terjadi segala kegiatan hanya berfokus pada pemenuhan konsumsi.
Sedangkan pengertian Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Hedone berarti kesenangan.
Jadi hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Bukan hanya hanya konsumtif tapi lebih.
Bahkan dampak dari hedonisme sangat fatal diantaranya:
1. Konsumtif: konsumen sejati yang loyal meskipun berapa pun harganya.
2. Egois: Gak akan peduli sama sekitar orang. Dia gak peka padahal masalah ekonomi ada. Dia lupa bahwa sekitarnya ada orang lain.
3. Boros: akan terus memenuhi egonya.
4. Tidak bertanggung jawab: tidak cuma hartanya dan bahkan hidupnya juga. Bahkan akan anak jadi konten, penderitaan jadi konten dan hal yang tidak bertwnggung jawab lainnya.
5. Pemalas: penuh dengan serba ada dia tidak struggle.
6. Korupsi; dia akan cenderung mengambil hak orang lain. Orang-orang yang tidak mampu mencapainya akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi hedonismenya. Ngeri ya.
Jadi kesuksesan orang dilihat dari berapa dia mengkonsumsi berapa banyak aset dan lain sebagainya.
Darimana budaya populer berasal?
1. Influencer
2. Televisi
3. Media massa
4. Idols
5. Media sosial
Gak punya value yang kuat jadi terdikstraksi oleh dunia luar. Flexing, FO MO, self reward material, pinjol, paylater jadi lifestyle yang mendukung.
Ekspresi kebahagiaan diekspresikan oleh konsumerisme dan hedonisme. Ditambah lagi raw material : anak muda dan masyarakat yang interuftived values.
Bagaimana dalam kepribadian islam?
Islam meminta hati-hati dan dalam setiap persepsi. Tidak menjadi bahagia tujuan hidup tapi islam mengajak untuk memaknai kebahagiaan dengan cara apa dan kita punya. Tujuan hidup untuk ibadah dan kehidupan di akhirat.
Pola pikir (aqliyah) - pola sikap (nafsiyah) - kepribadian (lifestyle) . Diri sendiri yang memberikan standar hidup. Pusatnya ada dipemikiran.
Kalau udah dapat A kita ingin dapat B. Hasrat materil tidak akan pernah puas.
Kebahagiaan gak akan bisa bertahan lama karena masih ada yang lebih bahagia kalau itu berupa materialistik.
Ultimate happiness ketika bisa menjalankan hidup sebagai hamba. Semuanya ada di mindset.
Ada yang bilanh "yang penting kamu happy, enjoy your life." Hati-hati itu termasuk kapitalisme.
Lifestyle seseorang akan bergantung dari isi kepala dan perasaanya memvalidisi apa yang diinginkn pikirannya.
Bahagia kalau bisa bangun sebelum shalat subuh, anak sholehah.
Alur terbentuknya Aqliyyah Islamiyyah
Terpenuhinya syarat-syarat berpikir melalui fakta, alat indera, otak, informasi sebelumnya tentang fakta maka akan lahir pemahaman sesuatu (mafâhîm 'an al-Asyaa') dan hasilnya dengan rujukan landasan berpikir islami (al-Qâidah al-Fikriyyah al-Islamiyyah) sehingga terbentuklah Aqidah islam.
Ketika sudah mempunyai pemahaman islami (al-Mafâhîm al-Islamiyyah) maka terbentuk juga pola perilaku islami (al-Sulûk al Islâmiy)
Kita akan melihat berbeda orang yang membeli barang mewah dengan pemahaman islami.
Alur terbentuknya Nafsiyyah Islamiyyah
al-Thâqah al-Hayawiyyah (potensin kehidupan)
al-Gharâiz (Naluri-naluri)
• Gharîzah al-Taddayun (Naluri beragama)
• Gharîzah al-Baqā' (Naluri mempertahankan diri)
• Gharîzah al-Naw (Naluri mempertahankan jenis manusia)
al-Hâját al-'Udhawiyyah (Kebutuhan jasmani)
• Makan, minum, tidur, buang air
Dari potensi kehidupan
Dawâfi al-Isybâ (dorongan pemenuhan)
• al-Muyûl al-islamiyyah (kecenderungan islami)
Kunci harus didasarkan pada aqidah islam. Harus ngaji biar memfilter standar kebahagiaan sendiri.
Penilaian dan komentar sebagai tuhan-tuhan mereka lho. Sekarang kayak ketakutan banget. Hanya ingin diakui oleh orang lain. Betapa melelahkan hidup kalau memacu pada komentar orang lain.
Beda pandangan bahagia orang dengan bahagia pandangan Allah. Validasi di media sosia hanyalah fatamorgana. Materi gak akan habis dikejar.
Gimana cara menangkal validasi komentar netizen buat ukuran kebahagiaan. Konsumerisme bukan hanya masalah uang termasuk liburan, dan makanan.
Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Jangan sampai kebutuhan primer di nomor duakan malah memprioritaskan keinginan yang sekunder dan tersier.
Masya Allah sekali materinya. Yang tadinya tidak tahu jadi tahu. Pemaparan tentang hedonisme menjadi pengingat bahwa semuanya yang berlebihan tidaklah baik.
Jadi gimana teman Linimasaade dari uraian tentang fenomena hedonisme dan konsumerisme menjadi mawas diri dan selalu membersihkan pandangan yang tidak seharusnya dipandang dan keperluan yang tidak seharusnya dipaksakan demi tercapainya gaya hidup dan diakui oleh orang lain. Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup yang banyak bersyukur ya.
0 Response to "Kenapa Fenomena Hedonisme Dan Konsumerisme Bisa Terjadi?"
Post a Comment